Galuhnews.com, Dalam kegiatan aksi peduli donor darah yang digelar keluarga penerima manfaat PKH bagi khususnya penderita thalasemia. Terungkap penyakit thalasemia kini menjadi ancaman baru bagi dunia kesehatan. penyakit ini yang diturunkan secara genetik dari orangtua yang menjadi carrier (pembawa) penyakit thalasemia.
Selain itu, ketiadaan obat yang benar-benar bisa membunuh penyakit ini sampai sekarang membuat thalasemia seperti momok menakutkan, selalu hinggap di tubuh penderitanya dan dibawa sampai meninggal dunia.
Nisa dari Perhimpunan Penyintas Thalassaemia Indonesia (PPTI) Cab. Ciamis mengatakan, thalasaemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan dari kedua orang tua yang membawa sifat thalasemi , kelain ini membuat tubuh si penderita tidak mampu menciptakan sel darah yang sempurna, sehingga sel darah yang dibuat itu cacat dan tidak mencukupi HB nya.
“jenis penyakit ini seumur hidup dikarenakan cetakan darahnya tidak sempurna. Bisa sembuh salah satunya operasi cangkok sumsum tulang jadi kayak transplantas.” kata Nisa.
“Ini bukan penyakit menular, tapi muncul karena faktor keturunan. Bukan pula penyakit kanker darah. Penyakit ini bisa mengenai penderitanya sejak masa kanak-kanak yang diturunkan oleh kedua orangtuanya (faktor genetik) kepada anak. Meski bukan penyakit menular, thalasemia dapat dicegah, keturunan bisa sehat kalau nikah yang sehat jadi keturannya sehat” kata Nisa
“Saya juga penderita thalasemia yang sanggup bertahan hidup hingga kini. Karena motivasi dan semangat hidupnya yang begitu kuat, bertahan hidup dengan rajin menjalani transfusi darah secara berkala.”kata Nisa
sulitnya penyakit ini dideteksi jika tanpa melalui proses screening yang melibatkan dokter, nantinya di usulkan kepada pemerintah daerah anak SD screening supaya bisa terdeteksi sejak awal. Nantinya klo sudah dewasa kalau mau nikah sudah tau pasangannya.
Mereka yang positif menderita thalasemia seumur hidupnya akan amat bergantung pada transfusi darah secara berkala. Ini karena produksi sel darah merahnya di tubuh terganggu, kalah oleh pertumbuhan sel darah putih.
Menurut salah satu Orang tua pasangan bapak radi dan ibu Aan, memiliki dua anaknya yang menderita thalasemia yang kalanya sekarang umur 7 tahun dan adiknya umur 4 tahun, keduanya terdeteksi sejak bayi. Dan membutuhkan 4 labu untuk setiap bulannya untuk kedua anaknya tersebut. Sehingga dia berharap bagi sehat untuk bisa menyumbangkan darahnya.
Kisah pilu di alami ibu Gita (35), dia mempunyai 2 anak yang menderita thalasemia, terpaksa harus kehilangan nyawa satu orang anaknya akibat kesusahan mencari darah. (Sembari menangis) mohon bantuan nya kepada orang yang merasa sehat untuk rutin menyumbangkan darahnya, dengan peduli thalasemia dalam bentuk donor darah ini merupakan harapan masa depan kami. Ungkap gita.
M-sure