CIAMIS -, Setelah terselenggaranya kegiatan KONFERCAB XV pada 25-26 September 2021 yang bertempat di Wisma Atlet Ciamis, yang mana berakhirnya pula kepengurusan PMII dan KOPRI Ciamis periode 2019/2020.
Dalam pimpinan Sahabat Muhamad Irsal Alwi dan Sahabati Riska Putri meregenerasikan jabatannya Kepada Sahabat Fajar satria dan Sahabati Ilma Sripa Nurmila yang dipilih secara voting oleh Komisariat PMII yang berada di lingkup Kabupaten Ciamis-Pangandaran.
Ilma Sripa, selaku Ketua Umum KOPRI Ciamis mengatakan, bahwa selama ini kita terlalu sibuk berlomba dengan sesama. Bahkan kita juga lupa jika gerakan kita sama dan berasal dari keluarga yang sama.
Kita terlalu mengkonsumsi feminis-feminis text Kota Metropolitan yang seakan semua perempuan harus menandingi perempuan yang lain. “Aku adalah perempuan, aku harus lebih unggul dari perempuan lainnya.”
“Semua perempuan salah, hanya akulah yang benar.” Begitulah orang-orang awam yang baru belajar tentang gender dan tersesat diantara text metropolis. Bahkan boomerang ini terjadi pada KOPRI Ciamis secara kuantitas sudah terlampau banyak, tetapi kenapa hanya segelintir orang saja yang mengenal KOPRI Ciamis?
Dari contoh yang kita lakukan waktu kontestasi yang dilakukan saat KONFERCAB XV PC Ciamis ini, bisa jadi adalah pertunjukan sebuah tesis dari perlakuan kita tentang sikap KOPRI Ciamis selama ini. Jumlah yang banyak tetapi masing-masing dari mereka merasa harus bersaing.
KOPRI A bersaing dengan KOPRI B. KOPRI B merasa lebih hebat dari KOPRI C, dan hasilnya KOPRI C merasa disaingi dan kembali bersaing dengan KOPRI B. Begitu seterusnya. Tidak ada masing-masing dari kita ingin menggabungkan suatu gerakan yang bisa menjadi role model (setidaknya) bagi gerakan-gerakan perempuan lainnya.
Sebanyak apapun massanya tidak akan merubah jika tidak melegitimasi kekuasaan. Perihal kalah dan menang itu adalah ketentuan, tapi dalam menjalankan organisasi kita adalah sama. Perlu ada yang namanya menggali kemampuan dan kualitas personal KOPRI itu sendiri. Maka kita akan menemukan titik temu bahwa KOPRI itu akan bias berdikari dan menjadi Role model gerakan perempuan terkhususnya di Kabupaten Ciamis-Pangandaran.
Yang lebih menyedihkan adalah di era 4.0 saat ini yang segalanya serba online, bahkan gerakan KOPRI Ciamis pun masih lemah di media massa. Kita terlalu terbawa oleh berita-berita yang disuguhkan oleh sosial media tanpa sedikitpun kita berniatan untuk membuat suguhan sendiri yang bisa dihidangkan untuk khalayak luar.
Kita terlalu nyaman menkonsumsi berita-berita yang kita sendiripun terkadang menerima mentah-mentah tanpa mencari tahu valid atau tidaknya berita tersebut. Berita yang dibilang menjadi trending topic today dikejar habis-habisan tanpa kita berfikir gerakan seperti apa yang bisa menjadikan KOPRI sebagai trending topic.
Baca juga Girimukti & IPJI Sukseskan Vaksinasi
Juga, untuk menghadapi perkembangan zaman, kita sudah bukan waktunya diam dan mengikuti alur keadaan. Namun perlu para perempuan yang siap menjadi the one of change dan penentu dalam menyambut society 5.0.
Singkat tulisan, tidak ada yang membedakan diantara kita dalam organisasi karena pada akhirnya kontestasi adalah ketentuan tapi giroh kita Ber-PMII akan selalu membiru kuning menuju KOPRI berdikari dan kuncinya adalah kita harus berkolaborasi antar sesama dan menjawab pertanyaan “Apa yang hari ini compatible dengan KOPRI?”
irva/Galuhnews