BULLYING atau perilaku kekerasan dalam bentuk fisik atau verbal yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain menjadi salah satu masalah serius yang terjadi pada anak-anak di berbagai tempat, termasuk di sekolah. Kondisi ini tentu saja dapat mengganggu perkembangan anak, baik dari segi kesehatan mental maupun fisik, sehingga memerlukan penanganan yang tepat. Berdasarkan data yang dirilis KPAI, di Februari 2023 tercatat kenaikan angka kasus bullying sebanyak 1.138 kasus kekerasan fisik dan psikis yang disebabkan oleh bullying.
Di awal bulan Maret, masyarakat dibuat miris atas kasus kematian seorang siswa SD di Banyuwangi, Jawa Timur, yang mengakhiri hidupnya karena depresi akibat bullying yang ia dapat dari teman-teman di sekolahnya. Hal ini menjadi peringatan bagi para orangtua dan sekolah bahwa kasus perundungan bukanlah hal yang sepele meskipun dialami oleh anak-anak, karena berdampak langsung pada fisik dan mental, bahkan menyebabkan kematian.
Terdapat beberapa faktor penyebab bullying pada anak yang perlu diperhatikan, agar mencegah anak menjadi pelaku ataupun korban perundungan yaitu:
Pernah Melihat dan Merasakan Kekerasan
Seseorang atau anak yang pernah melihat secara langsung kekerasan maka biasaya akan mengingatnya sepanjang masa. Apalagi, anak yang merasakan kekerasan juga bakal mengalami trauma dan luka-luka terhadap fisik jika terlalu berlebihan. Selain menimbulkan rasa trauma, biasanya orang atau anak akan melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Orang Tua Permisif
Faktor kedua adalah orang tua terlalu memanjakan anak. Biasanya mereka memiliki sifat yang permisif berarti selalu mengizinkan. Bisa dikatakan, apapun yang anak inginkan dan dilakukan orang tua selalu mengiyakannya. Orang tua perlu memberikan aturan tegas yang bisa membuat anak itu mengerti mana yang baik dan benar. Karena faktor bullying juga bisa datang karena tidak ada larangan atau peraturan dari keluarga. Sehingga hal tersebut bisa di salah artikan oleh anak bahwa mereka bisa melakukan apapun termasuk perundungan di luar rumah.
Baca Juga: Sebanyak 163 CPNS Diambil Sumpah menjadi PNS
Anak Kurang Komunikasi dengan Orang Tua
Komunikasi adalah salah satu hal yang paling penting dalam apapun. Karena jika kita tidak memiliki hubungan atau jarang ngobrol bareng secara tidak langsung bisa menjadi dampak buruk. Pasalnya, jika komunikasi buruk terhadap orang tua, maka ini bisa membuat anak melakukan bullying. Dengan memiliki hubungan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak bisa menimbukan rasa kasih sayang dan empati kepada orang lain. Sehingga dengan ini anak tentu tidak akan melakukan pembullyan kepada siapapun karena anak sudah bisa belajar menghargai satu sama lain.
Saudara Kandung Abusif
Selain orang tua, ternyata saudara ini bisa menyebabkan risiko anak melakukan bullying. Saudara kandung yang memiliki sifat abusif biasanya cenderung akan menirunya. Secara alam bawah sadar Anak akan mengikuti perlakukan saudara yang sering melakukan kekerasan fisik.
Kebiasaan Mencemooh Orang Lain
Kebiasaan mencemooh orang lain sifat yang perlu dihindari oleh anak karena ini faktor terjadinya bullying. Pasalnya melakukan tindakan bullying tidak hanya secara fisik saja, namun melalui perkataan pun bisa membuat mental orang menjadi down. Ajarkan dan beri contoh kepada anak untuk bertutur kata yang baik dan sopan.
Perhatikan Pergaulan Anak
Orang tua sudah sepatutnya mengawasi pergaulan anak baik di kehidupan sehari-hari di sekolah, lingkungan rumah termasuk di sosial media. Karena tak sedikit kasus perundungan yang terjadi berawal dari pengaruh buruk sosial media. Seperti saling berkomentar tidak baik, menyebar luaskan kabar tidak baik atau hal-hal yang bersifat privasi di sosial media.
Baca Juga: Polemik Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Di NTT
Memanfaatkan Fisik untuk Mengintimidasi
Memiliki tubuh besar dengan fisik yang kekar, anak biasanya salah memanfaatkannya untuk sesuatu yang buruk. Seperti melakukan bullying agar bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Namun yang paling sering kita jumpai adalah mereka selalu menindas anak-anak yang notabene nya lemah atau tidak percaya diri/kurang nyali.
Dalam menangani kasus bullying, diperlukan kerjasama antara orang tua, sekolah, dan pihak profesional untuk membantu anak dalam mengatasi masalah ini. Dengan demikian, anak dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik, serta menghindari dampak-dampak yang tidak diinginkan. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani kasus bullying pada anak.
Kenali gejala-gejalanya
Penting untuk mengenali gejala-gejala bullying pada anak, seperti perubahan perilaku, termasuk perilaku yang lebih tertutup, terisolasi, dan menarik diri dari pergaulan sosial. Selain itu, anak yang menjadi korban bullying dapat menunjukkan tanda-tanda kecemasan, gangguan tidur, dan penurunan prestasi akademik. Dalam beberapa kasus, korban bullying juga dapat menunjukkan tanda-tanda trauma atau stres pascatrauma.
Tonton Juga: FOPI Jabar Gelar Selekda PON XXI Aceh-Sumut
Berbicara dengan anak
Jika Anda menduga anak Anda menjadi korban bullying, jangan ragu untuk berbicara dengannya. Berikan dukungan dan ketenangan agar anak merasa nyaman untuk berbicara. Tanyakan secara spesifik mengenai apa yang terjadi, siapa yang terlibat, dan di mana kejadian tersebut terjadi. Jangan lupa untuk tetap tenang dan mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anak. Berikan perhatian, kasih sayang dan pengertian bahwa anak sangat berarti bagi orang tua, jangan sampai membiarkan anak merasa kesepian tanpa adanya dukungan siapapun.
Melibatkan pihak sekolah
Setelah berbicara dengan anak, langkah selanjutnya adalah melibatkan pihak sekolah. Bicarakan dengan guru, kepala sekolah, atau konselor untuk mencari tahu apakah kasus bullying ini terjadi secara luas di sekolah atau hanya pada beberapa individu tertentu. Selain itu, Anda dapat meminta dukungan dari pihak sekolah dalam memberikan perlindungan dan dukungan kepada anak Anda.
Memberikan pendidikan kepada anak
Memberikan pendidikan kepada anak mengenai bullying sangat penting. Ajarkan anak untuk menghargai perbedaan, dan berbicara dengan sopan kepada teman-temannya. Anak juga perlu diberi pemahaman mengenai hak-hak mereka untuk mendapatkan perlindungan dari bullying. Selain itu, ajarkan anak untuk menghindari perilaku yang dapat memicu bullying pada diri mereka atau orang lain.
Mencari bantuan profesional
Jika Anda merasa kesulitan menangani kasus bullying pada anak Anda, maka Anda dapat mencari bantuan profesional. Konselor atau psikolog anak dapat membantu anak dan keluarga dalam menangani masalah ini dengan cara yang tepat. Selain itu, konseling dapat membantu anak dalam mengatasi dampak emosional dan psikologis yang ditimbulkan oleh bullying. (Dewi)***
Referensi: https://komnasanak.com/faktor-penyebab-bullying-anak/