CUACA hujan yang tinggi membuat terjadinya curah hujan yang harus di waspadai oleh para petani garam di Kabupaten Pati. Meski sekarang sudah memasuki musim kemarau, masih sering banyak petani garam yang enggan dengan membuka lahan mereka terlalu dini karena khawatir dengan gagalnya panen.
Membuat kondisi ini pun dirasakan oleh para petani garam di Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Terlihat masih banyak deretan tambak yang masih tergenang air sehingga dapat dimanfaatkan terlebih dahulu oleh para pemilik sebagai tempat budidaya seperti ikan bandeng dll.
Para pemilik tambak pun seperti pak Lasjan usia (50), sengaja belum mengeringkan air di tambak yang ia miliki. Karena dirinya mengaku masih takut dengan perihal kondisi cuaca yang kurang bagus seperti sering turun hujan walaupun sekarang sudah memasuki pertengahan tahun.
“Saya belum berani membuat tambak garam. Tapi kemungkinan bulan Juni atau bulan Agustus sudah bisa dialihfungsikan,” imbuh Lasjan.
Keputusan Lasjan sendiri memang bukan tanpa alasan. Karena tahun sebelumnya dirinya sempat gagal panen garam akibat cuaca yang tidak menentu terjadi di Kabupaten Pati, Akibatnya para petani produksi garam banyak yang gagal total. “Produksi garam di tahun kemarin pun terhitung sedikit. Hanya bisa balik modal saja,” imbuhnya.
Berbeda dengan Pak Lasjan, pemilik tambak lain seperti pak Tono usia (45) justru dia sendiri nekat membuka lahan di musim yang tidak menentu ini. Pak Tono sendiri beralasan karena dengan harga garam yang tinggi membuat dirinya terdorong untuk menghasilkan garam lebih awal.
Seiring dengan informasi yang diperoleh Pak Tono saat ini garam di pasaran mencapai harga Rp 5200 per kilo garamnya. Nominal tersebut merupakan harga tertinggi garam sejauh ini kata Pak Tono selama ini.
Pak Tono menjabarkan bahwa naik-turun harga komoditas garam selama ini hanya dikisaran Rp 200 hingga Rp 3000 per kilogramnya. Akibatnya stok yang menipis, membuat belakangan ini harga garam pun menyentuh Rp 4.200 hingga Rp 5.200 per kilonya.
Seperti pada tahun-tahun sebelumya dirinya masih bisa menghasilkan 10 Ton dengan harga Rp 4.200 per kilogram. Menurut dirinya bagi penjumlahan hasil panen dan harga garam sudah cukup untuk menutup modal produksi yang dia keluarkan selama satu tahun lamanya.
“Harganya yang bagus untuk para petani garam. Tetapi barangnya belum ada sama sekali. Semoga saja Cuaca panas terus dan bisa panen tahun ini,” imbuh Tono.
Pak Tono sendiri memiliki luas Area lahannya sekitar setengah hektare, usia tambak garam garapan Pak Tono kini baru berusia 1 bulan. Menurut Pak Tono sendiri masih membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulanan lagi untuk mendapatkan panen butiran garam yang dia inginkan.
baca juga: 5 Poin Kesehatan Bahan Alami yang Bisa Mengobati Radang Amandel
Walau masih ragu dengan kekhawatiran pada pengalaman tahun lalu, Pak Tono pun menyakini bahwa tahun ini panen akan melimpah. Apalagi dapat informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menerangkan bahwa musim kemarau akan berlangsung lamanya.
Banyaknya gagal panen di sejumlah lumbung penghasil garam, membuat target tahunan garam di Kabupaten Pati juga meleset. Hal ini dari 160.000 ton angka yang dipatok, namun garam yang dihasilkan di tahun 2022 hanya 55.000 ton saja.
Funsional Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pati Ari Wibowo menerangkan bahwa sebetulnya target yang ditetapkan sudah merujuk bedasarkan pada perkirakan cuaca oleh BMKG.
Hanya saja pada tahun 2022 lalu musim hujan berlangsung di luar hasil statistik yang telah diperkirakan.
“Kita selalu berkomunikasi dengan BMKG terlebih dahulu sebelum menentukan target panen. Langkah ini kami sudah lakukan dari tahun ke tahun,” imbuhnya.
Sedangkan DKP Pati sendiri menargetkan bahwa panen garam tahun ini ditargetkan sebesar 200.000 ton. Atau penetapan target ini berdasarkan prediksi BMKG yang menilai akan terjadi kemarau panjang dari bulan Mei hingga bulan September mendatang.
Sumber: muria.suaramerdeka.com