WARGA Penang dan Kedah, Malaysia, melakukan panic buying atau memborong sejumlah air mineral kemasan setelah aliran air keran mengalami kekeringan. Kekhawatiran akan kekurangan air bersih terjadi di tengah curah hujan rendah akibat fenomena el nino dan bendungan yang mengering serta gangguan sistem sungai.
Sungai Muda, yakni sungai terpanjang yang merupakan penyuplai utama untuk instalasi air di Malaysia, mengalami penurunan debit air sehingga tiga bendungan di Penang memiliki penurunan kapasitas air. Bendungan Ayer Itam terisi 39,8%, Bendungan Teluk Bahang 46,2% dan bahkan Bendungan Mengkuang yang lebih besar, yang biasanya terisi lebih dari 90%, turun menjadi 88,2 %. Penyusutan air di Sungai Muda tersebut disebabkan kekeringan akibat minimnya curah hujan dan gelombang panas yang melanda Malaysia. Departemen Meteorologi Malaysia telah menerbitkan data secara online yang menunjukkan kemungkinan terjadinya fenomena El Nino panas dan kering hingga Agustus 2023.
Ketua Menteri Penang Chow Kon Yeow mengimbau warga untuk menghemat air. Dikutip dari The Star, Menteri Chow mengatakan imbauan mendesak itu dilakukan karena saat ini kapasitas efektif bendungan Air Itam mencapai 41,5% pada Jumat (19/5) hanya ada cukup air bagi penduduk setempat untuk bertahan 120 hari lagi.
Bagaimana dengan Indonesia?
Sementara itu di Indonesia, BMKG memprediksi peluang el Nino melanda di Indonesia sebesar 60 persen selama Mei-Juli 2023, dan 80 persen pada September 2023. Kemunculan El Nino setelah tiga tahun fase La Nina bakal menyebabkan lonjakan suhu global dan bisa meningkatkan risiko kekeringan, mengancam produksi pertanian, terjadi krisis pangan, serta kebakaran lahan di Indonesia.
Baca juga:
Tanamkan Bertani Sejak Usia Dini, Bupati Harap Inovasi Anjani Merakit Gamis Terus Berkelanjutan
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyikapi situasi tersebut BMKG menghimbau Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat Musim Kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).
“Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir,” imbuhnya.
Pemerintah Daerah dan masyarakat, tambah dia, dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir Musim Hujan untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan guna meminimalisir kekeringan. (Dewi)***
Ref: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230521182059-4-439223/malaysia-panic-buying-air-mineral-begini-kondisi-sebenarnya
https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=siaran-pers-siap-siap-musim-kemarau-datang-lebih-awal-el-nino-berpeluang-50-60&tag=press-release&lang=ID