Tradisi mencuci pusaka peninggalan leluhur Kerajaan Galuh hingga saat ini masih terus dilestarikan. Kali ini prosesi jamasan yang digelar pada hari Selasa 18 Oktober 2022 berlangsung di Pendopo Selagangga, Jalan Akhmad Dahlan Ciamis.
Istilah Jamasan atau siraman ini memiliki makna membersihkan, atau menyucikan. Tradisi tersebut digelar setiap bulan Rabiul Awal atau Maulud, dan merupakan acara adat tahunan dalam rangka merawat benda pusaka dan melestarikan budaya warga Tatar Galuh Ciamis.
Rangkaian prosesi jamasan Seluruhnya di ikuti kerabat keturunan Raja Galuh, mulai dari membawa pusaka dari musium kraton Selagangga tempat penyimpanan pusaka, dibawa ke Pendopo Selagangga.
serta dilanjutkan dilakukan dengan ritual penyucian berbagai pusaka seperti keris ber luk, pedang, tombak, hingga kujang. Air untuk mencuci pusaka juga tidak sembarangan, karena diambil dari tujuh sumber mata air yakni Cikahuripan, Situs Karangkamulyan, Kabuyutan Cikawali (Astana Gede), Kabuyutan Galuh Salawe Cimaragas dan lain sebagainya.
Dan tujuh mata air tersebut juga disatukan Di campurkan dalam satu tempat. Sebelum digunakan untuk mencuci, air dari tujuh sumber mata air yang ditaburi kembang setaman (bunga aneka warna) dicampur menjadi satu. Petugas yang ditunjuk khusus dengan sangat teliti menyuci pusaka. Satu per satu pusaka, digosok dengan jeruk nipis selanjutnya disiram air.
Tonton juga Viral, Pecel Lele Sambal Mantap di Ciamis
Pusaka yang telah dicuci dan dilap, kemudian diberi minyak khusus serta dikeringkan dengan asap dupa. Setelah itu pusaka dimasukkan ke dalam warangka, selanjutnya dikembalikan ke Museum Selagangga.
Menurut Nandang sembada Juru Kunci jambansari yang masih keluarga kraton selagangga, Sebenarnya banyak sekali, pusaka peninggalan leluhur, tetapi untuk jamasannya tidak sekaligus. Kali ini ada tujuh pusaka utama,
Dia mengatakan, jamasan tidak hanya dilihat secara tersurat yakni mencuci fisik pusaka peninggalan yang memiliki nilai sejarah tinggi. Akan tetapi juga makna yang tersirat, yakni mencuci atau membersihkan diri.
Nandang mengatakan jamasan tersebut bersifat terbuka, Bagai warga yang memiliki pusaka untuk jamas, Setelah Kegiatan jamasan pusaka tujuh pusaka utama.
Lebih lanjut, dia juga berharap kegiatan jamasan pusaka peninggalan Kerajaan Galuh, dapat menjadi agenda wisata budaya.
Sehingga dapat menarik minta generasi muda sehingga ikut melestarikan warisan budaya yang memiliki nilai tinggi.