CIAMIS, (GNC);- Setelah melalui proses seleksi ketat dan serangkaian penilaian, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Ciamis resmi mengumumkan para finalis Pemilihan Duta Baca Kabupaten Ciamis Tahun 2025, di Aula Dispusip Ciamis, Senin (5/5/2025).
Para finalis ini merupakan generasi muda terpilih yang memiliki minat baca tinggi, aktif dalam kegiatan literasi, dan mampu menjadi inspirator bagi masyarakat dalam membangun budaya baca di lingkungannya.
Berikut nama-nama Finalis Duta Baca Kabupaten Ciamis 2025:
- Juara 1 Puput Resti Puspita
- Juara 2 Dwi Muhammah
- Juara 3 Yayi Siti
- Harapan 1 Vita Purnama
- Harapan 2 Syahrul Habibi
- Harapan 3 Sukma Asih Parwati
Mereka telah mengikuti tahap pembekalan, wawancara, serta presentasi literasi di hadapan dewan juri. Pemenang akan dinobatkan sebagai Duta Baca Kabupaten Ciamis 2025 dan akan bertugas menjadi wajah literasi serta mitra strategis Dispusip dalam kampanye budaya baca.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Ciamis, Dadan Wiadi, menyampaikan pentingnya peran literasi dalam membangun martabat bangsa.
Diakuinya bahwa keberadaan perpustakaan dan kearsipan masih sering kurang diminati atau dipahami masyarakat. Ia menyebut, masih banyak yang menganggap perpustakaan sekadar sebagai “gudang ilmu”, bukan tempat untuk menggali ilmu.
“Sekarang ada semboyan baru, ‘Perpustakaan hadir demi martabat bangsa.’ Ini bukan sekadar slogan, tapi semangat agar perpustakaan menjadi bagian penting dalam membentuk sumber daya manusia Indonesia yang unggul,” ujarnya.
Dadan juga menekankan bahwa literasi bukan hanya sekadar membaca, melainkan memahami, menganalisis, hingga mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh.
“Duta Baca yang terpilih harus menjadi duta literasi sejati, menjadi brand ambassador perpustakaan dan kearsipan, serta motor penggerak literasi di tengah masyarakat,” jelasnya.
Dilain pihak, salah satu Finalis Duta Baca, Puput Resti Puspita, mahasiswi S1 Farmasi dari Universitas BTH Tasikmalaya, asal Kecamatan Rancah menyampaikan bahwa ajang ini sebagai pengalaman yang sangat berharga dan penuh pembelajaran, proses seleksi tidak hanya menuntut kecakapan intelektual, tetapi juga kemampuan emosional dan sosial.
“Lebih dari sekadar kompetisi, ini menjadi ruang tumbuh bagi saya untuk terus berkembang dalam literasi dan pengabdian masyarakat,” ujar Puput.
Bagi Puput, literasi bukan sekadar soal membaca dan menulis. Ia percaya literasi adalah pondasi berpikir kritis, kreatif, dan solutif untuk menghadapi tantangan zaman.
“Melalui ajang ini, ia ingin berperan aktif dalam menggerakkan masyarakat agar menjadikan literasi sebagai gaya hidup,” Pungkasnya.