CIAMIS, (GNC);- suasana damai menyelimuti Situs Bojong Galuh Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Peringatan 16 tahun Gong Perdamaian Dunia berlangsung penuh khidmat, sarat makna, dan dihadiri berbagai elemen masyarakat, Selasa (09/09/2025).
Bupati Ciamis, Hardiat Sunarya, hadir langsung bersama unsur Forkopimda, kepala dinas, budayawan, tokoh agama, serta warga dari beragam latar belakang. Acara ini juga mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dengan kehadiran Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Iendra Sofyan, yang mewakili Gubernur.
Kehadiran perwakilan provinsi menandakan bahwa nilai-nilai damai yang digaungkan dari Ciamis telah menembus batas lokal dan menjadi bagian dari percakapan di tingkat nasional.
Rangkaian acara dimulai dengan suguhan Tari Ciung Wanara, tarian tradisional yang mengangkat kisah legenda pahlawan Galuh. Dengan simbolisme keberanian dan keadilan, tarian ini membangkitkan semangat kebangsaan serta mengingatkan pentingnya akar budaya dalam membentuk karakter bangsa.
Tokoh perdamaian, Anton Carlian, turut memberikan pemaparan mengenai latar belakang Gong Perdamaian Dunia yang berdiri di Karangkamulyan, yang ternyata menjadi bagian dari jaringan gong perdamaian global.
Dalam kesempatan itu, ia juga memperkenalkan “10 Prinsip Perdamaian Galuh”, seperangkat nilai luhur warisan leluhur yang tetap relevan dalam membangun masyarakat damai di era modern.
Kesepuluh prinsip tersebut mencakup:
1. Mawasana Pangatrawanan – Selalu waspada
2. Atuntunan Tangan – Saling membantu
3. Paras Paropakara – Menghargai sesama
4. Mitra Samaya – Menjaga komitmen
5. Paribhaksa – Tidak menyakiti orang lain
6. Telaksaken Apa Kenak – Bertanggung jawab
7. Mapulang Rahi – Tulus memberi
8. Kaharep Saduluran – Menjunjung persaudaraan
9. Parapura – Menghormati perbedaan
10. Maryada Sakengsi Tutu – Menjaga martabat dan kejujuran
“Prinsip-prinsip ini bukan sekadar tradisi lokal, melainkan pesan kemanusiaan universal yang perlu kita teruskan kepada dunia,” ujar Anton.
Dalam sambutannya, Bupati Hardiat Sunarya menegaskan bahwa nilai cinta damai telah hidup dalam masyarakat Galuh sejak abad ke-8, jauh sebelum konsep modern tentang perdamaian dikenal luas.
“Sepuluh prinsip tersebut telah menjadi pedoman hidup masyarakat Galuh sejak tahun 739 Masehi. Kita diajarkan untuk menolak kekerasan dan hidup dalam kasih sayang, karena itu adalah jati diri kita,” ungkapnya.
Ia juga mengumumkan rencana pembangunan prasasti permanen Gong Perdamaian Dunia sebagai penanda bahwa tanah Galuh adalah pusat nilai-nilai damai yang akan diwariskan kepada generasi mendatang.
Peringatan ini tak sekadar menjadi seremoni rutin, melainkan ajakan untuk merenungi jati diri dan merawat nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Lewat semangat ini, Ciamis tak hanya merawat warisan budaya, tapi juga memperkuat kontribusinya dalam menciptakan dunia yang lebih harmonis dan berkeadilan.