LATTO-LATTO,- Sudahkah kamu mendengar suara latto-latto hari ini? Di tengah merebaknya permainan latto-latto rasanya kita tidak bisa terlepas dari suara yang dihasilkan permainan tersebut, terutama jika berada di lingkungan anak-anak. Latto-latto yang dikenal juga dengan nama noknok sempat mewarnai kehidupan anak-anak di Indonesia pada tahun 2002-2003.
Latto-latto dimainkan dengan cara menyelipkan ujung tali di antara dua jari dan bertumpu pada cincin di ujungnya atau dengan menjepitkan cincinnya dengan dua jari kemudian kedua bola diayunkan dengan seimbang sehingga saling membentur dan menghasilkan beragam suara. Ragam suara ini ditentukan oleh kecepatan membenturkan kedua bola latto-latto.
Permainan latto-latto sudah ada sejak puluhan tahun lalu, tepatnya tahun 1960-an. Diketahui permainan ini berasal dari Amerika dengan nama Clackers, sesuai dengan bunyinya yang terdengar “klak..klak..klak”. Namun berbeda dengan latto-latto, clackers terbuat dari akrilik. Disebutkan bahwa orang yang cukup ahli memainkan clackers adalah orang yang dapat memainkannya dengan cepat sehingga kedua bola berbenturan di atas dan bawah telapak tangan secara sentripetal.
Sebagaimana terjadi di Indonesia sekarang, clackers banyak diminati anak-anak di Amerika saat itu. Namun kemudian banyak mengakibatkan anak-anak mengalami cedera karena terbentur bola clackers. Hingga pemerintah turun tangan meluncurkan larangan permainan clackers pada tahun 1971. Selain membentur bagian tubuh, ditakutkan bola clackers menjadi pecah sehingga serpihannya dapat melukai anak-anak.
Dalam sumber lain mengungkapkan, pada tahun 1971 clackers justru datang ke Itali. Bahkan pada tahun tersebut diadakan perlombaan clackers tahunan yang cukup populer. Pada saat itu, pemerintah Itali tidak memberikan izin mainan tersebut meskipun sudah beredar di masyarakat.
Pada tahun-tahun selanjutnya, beberapa perusahaan berusaha menarik kembali minat anak-anak dengan menciptakan clackers dengan material yang dianggap lebih aman. Namun usaha tersebut sering menemui kegagalan karena bentuk yang tidak sempurna atau tidak menimbulkan suara seperti clackers yang berbunyi “klak..klak..klak..”
Hingga pada tahun 1980, sebuah perusahaan menemukan bahan yang lebih aman untuk bola clackers yaitu plastik yang dibuat padat dengan permukaan halus. Kedua bola diikat dengan tali berbahan nilon dan dikaitkan dengan cincin agar memudahkan permainan latto-latto mencapai kecepatan maksimum.
Fenomena Latto-Latto Zaman Sekarang
Mengetahui sejarah latto-latto pada zaman dahulu, kita seolah dibuat dejavu dengan fenomena latto-latto di zaman sekarang. Latto-latto merebak di Indonesia sejak akhir 2022 lalu hingga sekarang. Tak ayal latto-latto pun banyak diperlombakan seperti yang terjadi di Italia 52 tahun lalu. Seperti di Sidoarjo, seorang anak memenangkan hadiah kambing setelah mengikuti lomba latto-latto. Tak hanya di Sidoarjo, beberapa kota di Indonesia turut mengadakan kompetisi yang sama seperti Bandung, Tasikmalaya, Samarinda, Manado dan sedang banyak dibicarakan perlombaan latto-latto hingga empat jam di Soppeng, Sulawesi Selatan.
Mirisnya, beberapa fakta menyebutkan bahwa latto-latto sama bahayanya baik di zaman dulu ataupun sekarang. Sudah banyak kasus kepala anak-anak benjol karena terkena benturan bola latto-latto. Tapi menjadi begitu dilematis karena latto-latto membantu anak-anak di zaman sekarang untuk lepas dari gadget. Bahkan sosiolog menyebutkan bahwa munculnya latto-latto sebagai tren di masyarakat dapat membuka peluang mainan-mainan zaman dahulu untuk kembali mewarnai dunia anak-anak zaman sekarang yang tidak terlepas dari gadget.
Menurut kamu, mainan jadul apa yang kira-kira cocok untuk kembali dimainkan anak-anak zaman sekarang? (Hasnafawa)*
Baca juga Disdik Ciamis Gandeng UT Tingkatkan Kompetensi Guru
Sumber: Historia dan Pikiran Rakyat