TASIKMALAYA: Karena masih nunggak utang, hampir sepekan Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya tutup. Akibatnya pasien yang membutuhkan darah harus bola-balik ke PMI. Pelayanan transfusi darah terhenti akibat kehabisan stok bahan yang dibutuhkan kosong.
”Kami memang sangat membutuhkan bahan parameter untuk mengolah darah, para suplier tak memasok bahan itu karena pihak rumah sakit belum melakukan pembayaran. Kalau tidak ada bahannya ya tidak bisa dicek darahnya,” kata petugas Administrasi UTR RSUD dr Soekardjo, Deni Sudrajat.
Dia mengatakan, pelayanan tranfusi darah RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya terhenti sejak sejak Sabtu (5/10). Banyak pasien yang membutuhkan darah yang membawa pendonor, namun tidak bisa dilayani. Solusinya pasien diarahkan untuk pergi ke PMI Tasikmalaya. Biasanya para pasien langsung dilayani. “Tapi kami memberikan surat pengantar, sehari saja ada sekitar 50 orang yang datang ke sini minta darah, ya kami terpaksa arahkan ke PMI,” katanya.
Pihak RSUD Tasikmalaya belum bisa memprediksi kapan bahan pengloha darah bisa dibeli pihak rumah sakit. “Tidak bisa ditentukan, kalau dibayar ya pasti dipasok,” katanya.
Dengan tidak beroperasinya UTD, para petugas hanya melayani surat pengantar ke PMI. Dalam lima hari terakhir ada sekitar 10 pasien yang memerlukan darah, namun tidak bisa melakukan transfusi. “Sebelumnya juga pernah seperti ini, jadi ini yang kedua kali,” terangnya.
Salah seorang relawan talasemia, Jajang Nurjaman (50) menyesalkan dengan tidak beroperasinya UTD. Karena jika ke PMI pihaknya harus punya dana talang meskipun dijamin BPJS atau Jamkesda.
“Memang bisa diklaim ke BPJS, tapi kan harus ada dana talangnya dulu,” tuturnya.Saat ini pihaknya mengakomodir sekitar 80 pasien talasemia di Tasikmalaya dengan kebutuhan total darah 180 labu per bulan. Dengan kondisi ini dikhawatirkan kondisi para pasien memburuk karena terlambat melakukan cuci darah. “ Ya kita bisa cuci darah yang punya duit dulu,” ujarnya. (*)
Arief Subekti