Disebut Bikin Bodoh, Micin Justru Lebih Aman Dikonsumsi Daripada Garam

MICIN di kalangan masyarakat seringkali disebut ‘bikin bodoh’. Istilah generasi micin juga kerap digaungkan beberapa tahun ke belakang. Ternyata ungkapan micin bikin bodoh adalah hoax. Berikut adalah fakta sesungguhnya mengenai micin.

Micin merupakan monosodium glutamat yang dikenal dengan istilah MSG yang digunakan sebagai penyedap rasa pada macam-macam makanan seperti sup dan daging olahan. Micin mengandung 74 persen glutamat bebas, 12 persen natrium dan 14 persen mineral. Rasa gurih yang dihasilkan micin atau MSG berasal dari glutamat bebas. Dengan kandungan glutamat bebas ini juga, micin disebut penyedap rasa.

Glutamat juga terdapat dalam bahan dasar alami seperti tomat dan hasil fermentasi seperti kecap dan terasi. Micin atau MSG juga diproduksi secara khusus melalui hasil fermentasi pati, bit gula, tebu atau molase. Fermentasi adalah sebuah proses mengubah karbohidrat menjadi alcohol oleh ragi atau bakteri. Baik micin alami dan micin buatan tak memiliki efek samping yang berbeda. Glutamat yang terdapat dalam micin justru baik untuk membantu metabolisme pada usus karena glutamat dapat menjadi sumber energi bagi usus.

Dengan berbagai kelebihan MSG yang disebutkan, bagaimana bisa micin dianggap buruk? Berawal dari ditemukannya MSG pada tahun 1908 oleh seorang ilmuwan asal Jepang yang mengisolasinya dari sup rumput laut. Ilmuwan tersebut kemudian mengajukan hak paten untuk memproduksi MSG yang berorientasi pada produksi komersial penambah rasa makanan. Tetapi setelah diproduksi secara besar-besaran, MSG malah mendapat reputasi buruk.

Pada tahun 1960-an, seorang dokter Cina-Amerika bernama Robert Ho Man Kwok menulis surat pada New England Journal bahwa ia sakit setelah mengonsumsi makanan Cina. Ia meyakini gejala yang dialaminya bisa diakibatkan oleh alkohol, natrium dan MSG. Kwok menyebutkan gejala yang dialaminya sebagai “sindrom restoran Cina”, kemudian dikenal dengan sebutan “kompleks gejala MSG”.

Baca Juga: 10 Ciri-Ciri Orang Cerdas, Salah Satunya Cenderung Berantakan

Sejak saat itulah, mulai bermunculan berbagai penelitian yang ramai menyebutan bahwa MSG adalah makanan beracun. Namun belakangan ini, penelitian-penelitian tersebut dipertanyakan kebenarannya karena beberapa alasan. Di antaranya kurangnya kelompok kontrol yang memadai, ukuran sampel yang kecil, kelemahan metodologi, dosis kurang akurat dan penggunaan dosis tinggi melebihi dosis konsumsi dalam diet.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) bahkan menyebutkan jika MSG aman dikonsumsi. Tetapi produsen makanan dengan kandungan MSG wajib menyertakan MSG pada komposisi makanan yang diproduksinya. Sedangkan makanan yang mengandung MSG alami tidak perlu mencantumkannya pada komposisi. Hal ini dikarenakan MSG tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.

MSG juga tidak terbukti dapat membuat seseorang yang mengonsumsinya menjadi bodoh. Dapat dilihat pada kebiasaan orang Jepang yang lebih banyak mengonsumsi MSG dua kali lipat lebih banyak dari orang Amerika yang mengonsumsi MSG kurang dari satu gram perhari setiap orangnya. Orang Jepang mengonsumsi dua gram MSG perhari yang berasal dari soyu dan kecap. Mengonsumsi MSG lebih banyak tidak membuat orang Jepang menjadi bodoh, bahkan Jepang terkenal di dunia dengan berbagai penemuan terutama pada bidang teknologi. Jadi, konsumsi micin membuat bodoh hanyalah mitos.

Tonton Juga: Disnakan Ciamis Gelar Sosialisasi Forikan dan Launching Gemaripah

Dengan kandungan natrium yang lebih rendah dari garam, yakni 12 persen dan garam sebanyak 39 persen, micin dianggap lebih aman untuk dikonsumsi. Micin dapat menjadi alternatif penggunaan garam pada makanan tanpa menghilangkan cita rasa makanan tersebut. Micin juga dapat meningkatkan kepuasan dan kontrol makan yang baik. Dengan mengonsumsi micin, seseorang cenderung memilih makanan dengan kadar lemak jenuh yang lebih sedikit.

Mungkin seseorang dapat merasakan gejala sakit kepala, mual, sesasi terbakar pada beberapa area dan kesemutan yang kerap dikaitkan dengan konsumsi MSG. Namun biasanya hal tersebut terjadi pada sebagian kecil orang dan terjadi dalam jangka pendek sehingga tidak memerlukan pengobatan khusus. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan tidak mengonsumsi MSG secara berlebihan. (Hasna)***

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220203070222-255-754360/mitos-atau-fakta-benarkah-micin-bikin-bodoh

https://www.halodoc.com/artikel/generasi-micin-vs-garam-mana-yang-lebih-berbahaya