CIAMIS, RAGAM, (GNC); ‐ Baby blues syndrome rentan dialami ibu pasca-melahirkan. Apa itu baby blues syndrome?
Belum lama ini, seorang wanita nekat melakukan aksi percobaan bunuh diri serta membuang bayinya di perlintasan KRL, Jakarta Selatan. Beruntung, petugas setempat sigap mengamankan si ibu dan bayi agar tak sampai kejadian.
Berdasarkan informasi yang beredar, sang ibu mengalami sindrom baby blues dan stres setelah melahirkan.
Memiliki buah hati memang seyogianya jadi sesuatu yang menyenangkan. Sayangnya, tak semua orang bisa merasakan senang yang sama.
Bagi banyak ibu, memiliki bayi yang baru dilahirkan berarti sama dengan stres dan kelelahan. Kondisi bisa diperparah dengan serangkaian hormon pascapersalinan yang membuat semua jenis emosi keluar.
Baca juga: 6 Tanda Orang Memiliki Harga Diri Rendah, Kamu Termasuk?
Lantas, apa itu sebenarnya baby blues syndrome?
Melansir Healthline, baby blues syndrome adalah periode singkat setelah melahirkan yang dipenuhi dengan rasa sedih, cemas, stres, dan perubahan suasana hati. Sekitar 1 dari 4 ibu di dunia mengalami baby blues.
Umumnya, gejala baby blues mulai muncul beberapa hari setelah melahirkan. Namun, bagi ibu dengan proses persalinan yang sulit, bukan tak mungkin jika gejala bisa muncul lebih cepat.
Hingga saat ini belum diketahui pasti apa penyebab baby blues. Namun, para ahli sepakat hal ini terjadi karena fluktuasi hormon pasca-melahirkan.
Setelah melahirkan, tubuh mengalami naik-turun hormon yang sangat ekstrem. Fluktuasi hormon ini sebenarnya terjadi untuk membantu seorang ibu melewati masa pemulihan, mengecilkan rahim, dan meningkatkan laktasi.
Sayangnya, perubahan hormonal itu juga dapat memengaruhi pola pikir ibu pasca-melahirkan.
Kondisi hormon yang berfluktuasi itu kemudian diperparah dengan situasi yang dialami orang tua saat memiliki bayi anyar. Kurang tidur hingga perubahan gaya hidup akan turut berpengaruh hingga memicu baby blues.
GEJALA BABY BLUES
Gejala biasanya muncul 2-3 hari setelah bayi lahir. Sering kali, baby blues hilang dengan sendirinya yang biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari pascapersalinan.
Setiap ibu biasanya mengalami gejala baby blues yang saling berbeda satu sama lain. Namun, umumnya baby blues ditandai dengan beberapa hal berikut ini:
•Menangis tanpa alasan atau karena hal sepele
•Perubahan suasana hati atau jadi mudah tersinggung
•Merasa tidak terikat dengan bayi
•Merasa sangat kehilangan kehidupan sebelumnya
•Cemas akan kesehatan dan keselamatan si bayi
•Gelisah atau insomnia padahal sedang kelelahan
•Sulit berpikir jernih dan membuat keputusan
Beda baby blues dan depresi postpartum
Baby blues dan depresi postpartum sering kali dianggap sama. Padahal, keduanya adalah kondisi berbeda.
Baca juga: Silent Treatment Lebih Bahaya Daripada Meluapkan Emosi
Ada dua indikator utama bahwa kesedihan yang dialami pascapersalinan lebih dari sekadar baby blues. Kedua indikator itu adalah durasi dan tingkat keparahan gejala.
Berikut yang membedakan baby blues dan depresi postpartum.
1. Durasi
Jika rasa sedih, cemas, dan kewalahan bertahan lebih dari dua minggu setelah melahirkan, maka besar kemungkinan Anda mengalami depresi postpartum.
Baby blues biasanya berlangsung cepat, tapi tidak dengan depresi postpartum. Kondisi terakhir bisa berlangsung dalam waktu lama, bahkan hingga hitungan tahun.
2. Tingkat keparahan gejala
Baby blues dan depresi postpartum sama-sama akan membuat seorang ibu merasa sedih dan emosi-emosi negatif lainnya. Namun, pada kasus depresi postpartum, emosi-emosi itu bisa sampai menurunkan kualitas hidupnya.
Demikian penjelasan mengenai baby blues syndrome. Segera lakukan konsultasi dengan ahli jika gejala dirasa menetap dan mengganggu kualitas hidup. (Galih)***