CIAMIS, (GNC); – Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam penanggalan kalender Hijriyah dan termasuk salah satu bulan mulia. Bahkan Muharram juga dijuluki dengan Syahrullah yang bermakna bulan Allah. Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan bila diisi dengan amalan-amalan sunnah.
Berikut beberapa amalan Sunnah di bulan Muharram, diantaranya:
1. Sholat Tasbih di Bulan Muharram
Sholat Tasbih merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan di bulan Muharram. Sholat ini dilakukan pada malam tanggal 10 Muharram yang jatuh pada 28 Juli 2023.
Sholat tasbih terdiri dari empat rakaat. Jika dilakukan pada siang hari maka empat rakaat sekaligus satu kali salam, dan setiap dua rakaat salam jika dikerjakan malam hari.
Niat sholat Tasbih adalah sebagai berikut:
Jika dikerjakan langsung empat rakaat
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى
“Ushalli sunnatattasbiihi arba’a raka’aatin lillaahi ta’aala”
Artinya: “Saya niat melaksanakan sholat sunnah tasbih empat rakaat semata-mata karena Allah ta’ala”.
Adapun niat shalat tasbih dengan dua kali salam adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
“Ushalli sunnatattasbiihi arba’a rak’ataini lillaahi ta’aala”
Artinya: “Saya niat melaksanakan sholat sunnah tasbih dua rakaat semata-mata karena Allah ta’ala”.
Seseorang yang melaksanakan shalat tasbih, setiap rakaat disunnahkan membaca tasbih sebanyak 75 kali dengan rincian sebagai berikut :
Sesudah membaca surat al-fatihah dan surat lainnya sebanyak 15 kali.
Ketika ruku’ sesudah membaca doa ruku’ sebanyak 10 kali.
Ketika i’tidal sesudah membaca doa i’tidal sebanyak 10 kali.
Ketika sujud sesudah membaca doa sujud sebanyak 10 kali.
Ketika duduk di antara dua sujud sesudah membaca do’anya sebanyak 10 kali.
Ketika sujud kedua sesudah membaca doanya sebanyak 10 kali.
Ketika bangun dari sujud kedua (sewaktu duduk istirahat atau sesudah membaca tahiyyat sebelum salam) sebanyak 10 kali.
Dengan demikian, jika dilakukan empat rakaat maka jumlah tasbih yang dibaca sebanyak 300 kali. Adapun bacaan tasbihnya adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْم.
“Subhanallaahi wal hamdulillaahi wa laa liahaillallaahu wallaahuakbaru walaahaula walaaquwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adziim”
Artinya: “Maha suci Allah dan segala puji adalah milik-Nya. Tiada tuhan selain Allah, Dia-lah Dzat Yang Maha Besar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Dzat Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.
2. Puasa di Bulan Muharram
Puasa Muharram merupakan amalan utama pada bulan mulia tersebut. Umat muslim disarankan melaksanakan puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
Tanggal 9 Muharram sendiri dikenal juga dengan Hari Tasu’a dan jatuh pada 27 Juli 2023. Sementara tanggal 10 Muharram dikenal dengan Hari Asyura yang betepatan dengan tanggal 28 Juli 2023.
Rasulullah SAW dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Abu Qatadah menjelaskan:
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ. فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. رواه مسلم
Artinya: “Sahabat Abu Qatadah Radliyallah ‘Anhu berkata, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang fadlilah atau keutamaan puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram). Kemudian beliau menjelaskan, bahwa puasa pada hari ‘Asyura itu dapat menghapus dosa-dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim).
Demikian juga sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas RA :
لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ اَلتَّاسِعَ
Artinya: “Jika aku masih hidup hingga tahun depan, pasti aku akan melaksanakan puasa pada tanggal 9 Muharram”.
Tatacara pelaksanaan puasa Tasu’a dan ‘Asyura sama dengan puasa Ramadhan. Adapun niat puasa Tasu’a adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ لِأَدَاءِ يَوْمِ التَّاسِعِ مِنْ شَهْرِمُحَرَّمْ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shaumaghadin li-adaa-i yaumittaasi’i min syahri muharram sunnatan lillaahi ta’aala”
Artinya: “Saya niat melaksanakan ibadah puasa sunnat pada hari kesembilan bulan Muharram, semata-mata karena mengharapkan ridla Allah Ta’ala”.
Sementara niat puasa Asyura adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ لِأَدَاءِ يَوْمِ اَلْعاَشِرِمِنْ شَهْرِمُحَرَّمْ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shaumaghadin li-adaa-i yaumil ‘aasyiri min syahri muharram sunnatan lillaahi ta’aala”
Artinya: “Saya niat melaksanakan ibadah puasa sunnah pada hari kesepuluh bulan Muharram, semata-mata karena mengharapkan ridha Allah Ta’ala”.
3. Mempererat Silaturahmi
Menyambung silaturahmi juga termasuk amalan yang dilanjutkan di bulan Allah ini. Silaturahim seperti diketahui juga memiliki banyak keutamaan.
وَفِي صِلَةِ الرَّحِمِ عَشْرُ خِصَالٍ مَحْمُودَةٍ
Artinya: “Dalam silaturahim terdapat sepuluh hal terpuji,” (Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2007 M/1427-1428 H], juz III, halaman 272).
4. Bersedekah
Berbagi rezeki juga dianjurkan pada bulan Muharram. Amalan ini lebih dianjurkan lagi diamalkan pada hari ‘Asyura.
Keluarga terdekat adalah pihak utama yang mesti diperhatikan pada hari tersebut. Rasulullah SAW pun pernah berkata,
من وسع على عياله في يوم عاشوراء وسع الله عليه في سنته كلها
Artinya: “Orang yang melapangkan keluarganya pada hari Asyura’ maka Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun tersebut,” (HR At-Thabarani dan Al-Baihaqi).
Yang dimaksud melapangkan keluarga ialah mencukupi kebutuhan hidup keluarga, yaitu kebutuhan makanan ataupun kebutuhan lain.
5. Memakai Celak Mata
Memakai celak mata adalah sunnah yang dapat dilakukan di bulan Muharram. Memakai celak dipercaya juga bagus untuk kesehatan mata.
النَّوْع السَّادِس: مَا ورد فِي صَلَاة لَيْلَة عَاشُورَاء وَيَوْم عَاشُورَاء، وَفِي فضل الْكحل يَوْم عَاشُورَاء لَا يَصح، وَمن ذَلِك حَدِيث جُوَيْبِر عَن الضَّحَّاك عَن ابْن عَبَّاس رَفعه: (من اكتحل بالإثمد يَوْم عَاشُورَاء لم يرمد أبدا) ، وَهُوَ حَدِيث مَوْضُوع،
Artinya: “Hadits yang menjelaskan tentang malam Asyura’ dan hari Asyura’, dan dalam keutamaan memakai celak pada hari Asyura’ tidak shahih”.
6. Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang yang sakit termasuk salah satu amalan yang dianjurkan di bulan Muharram. Anjuran ini juga didasarkan pada riwayat Al-Barra` Ibnu ‘Azib yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengiringi jenazah dan menjenguk orang sakit.
Hal ini sebagaimana dikemukakan Abu Ishaq As-Syirazi dalam Kitab Al-Muhadzdzab.
وَيُسْتَحَبُّ عِيَادَةُ الْمَرِيضِ لِمَا رَوَى البَرَّاءُ بْنُ عَازِبٍ قَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِاتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَعِيَادَةِ الْمَرْضَى
Artinya: “Dan disunnahkan menjenguk orang sakit karena didasarkan pada hadits riwayat Al-Bara` bin ‘Azib ia berkata, ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami untuk mengiringi jenazah dan menjenguk orang sakit,” (Lihat Abu Ishaq As-Syirazi, Al-Muhadzdzab fi Fiqhil Imamis Syafi’i, [Beirut, Darul Fikr, tanpa catatan tahun], juz I, halaman 126). (Arinzona)***