CIAMIS-Sebanyak 1.100 anak usia 6-21 tahun atau anak tidak sekolah (ATS) dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis beberapa waktu lalu, yang tersebar di 27 Kecamatan Kabupaten Ciamis kembali bisa belajar mengikuti kesetaraan di 25 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal Disdik Ciamis Tita Rosita mengatakan meski pembelajaran sudah dilaksanakan pada bulan Agustus lalu, namun pendaftaran masuk PKBM masih berlangsung sampai bulan September, mengingat antusiasme masyarakat atau anak yang putus sekolah ini cukup tinggi untuk kembali belajar. Dari jumlah 1.100 ATS tersebut, sebanyak 700 orang yang tidak melanjutkan ke SMA atau paket C, sementara sisanya paket B dan SD.
“Kemungkinan jumlah ATS di Ciamis masih banyak, kami terus melakukan penyisiran bersama PKBM agar mereka bisa kembali belajar di kesetaraan,” ujarnya saar meninjau PKBM Budi Utama di Kecamatan Sindangkasih Senin (11/9).
Kata dia, PKBM menjadi solusi untuk para ATS, serta memecahkan berbagai persoalan yang melatarbelakangi mereka tidak melanjurkan sekolah. Seperti masalah letak geografis, waktu hingga kondisi ekonomi. Karena di PKBM pembelajaran disesuaikan antara siswa dengan pendidik.
“Jadi ada kesepakatan, bahkan bila memang di daerah itu pesertanya banyak tutor dari PKBM yang jemput bola yang datang langsung,” ungkapnya.
Sementara itu, Kasi Kelembagaan, Sarana dan Prasarana Lilis Budimulyani menambahkan sebetulnya banyak kendala yang terjadi di lapangan saat menarik para ATS ini untuk kembali belajar. Umumnya ATS ini berasal dari keluarga tidak mampu, bahkan mereka meminta jaminan bila kembali masuk ke sekolah.
Untuk meyakinkan ATS ini berbagai upaya dilakukan bahkan dengan penyelenggaraan paket C online dan peserta yang bekerja di Pabrik, maka tutor akan datang ke Pabrik. Para ats yang masuk PKBM juga diupayakan tanpa biaya. Bahkan dapat diajukan untuk mendapat Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Sementara itu, Ketua PKBM Budi Utama Imam Permana mengatakan para siswa kesetaraan paket C berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pegawai rumahan hingga buruh pabrik. Selain mengejar kesetaraan paket A, B dan C, mereka juga diberikan pengetahuan komputer sebagai bekal kemampuan mereka. (Evi)