CIAMIS, (GNC);- Studio Titikdua sukses menggelar acara seni bertajuk Panggung Ringkang Gumilang di panggung terbuka Jambansari, Sabtu (05/07/2025). Meski sempat diguyur hujan deras, semangat anak-anak dari sanggar asuhan Neng Peking (Rahmayati Nilakusumah) tetap membara dan menjadikan acara ini berlangsung meriah.
Acara ini digelar dalam rangka samenan (kenaikan kelas) anak-anak sanggar, sekaligus menjadi bukti bahwa panggung seni mampu menyatukan lintas generasi dalam satu perayaan budaya yang megah.
Beragam penampilan seni ditampilkan di atas panggung, mulai dari tari kele, balet, tari sulintang, tari sonten, siuh, bajodor kahot, topeng, rawayan, toka-toka, hingga pembacaan puisi, sajak, dan monolog Gasik, serta Adu Manis penampilan dari Emak-Emak Titikdua.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis, Dian Budiana, turut hadir dan menyampaikan apresiasinya.
“Luar biasa sekali untuk Studio Titikdua, khususnya Kang Godi dan rekan-rekan semua. Ini mencerminkan betapa kayanya Ciamis bukan hanya sejarah dan situs-situsnya, tapi juga ragam budayanya yang hidup di masyarakat,” ujar Dian.
Ia juga menyoroti antusiasme luar biasa dari para peserta, mulai dari anak-anak tingkat SD hingga SMA, bahkan para orang tua yang turut tampil dan mendukung langsung.
Dian menyebut bahwa acara ini sudah mencerminkan karakter sebuah gerakan budaya, dengan empat ciri utama:
1. Dilaksanakan oleh banyak pihak lintas usia dan daerah,
2. Berlangsung di berbagai tempat,
3. Berkesinambungan dengan pendampingan seniman,
4. Muncul dari inisiatif anak-anak sendiri.
“Ini harus dipertahankan dan kami berharap bisa menjadi agenda rutin. Sehingga, Ciamis tidak hanya dikenal karena wisata dan kulinernya, tapi juga karena kesenian dan para senimannya,” tambahnya.
Sementara itu, Godi Suwarna, Penasehat Studio Titikdua, menyoroti adanya kebijakan dari pemerintah provinsi yang melarang wisuda mewah, namun belum memiliki kejelasan terkait kegiatan seni di sekolah.
“Banyak sekolah akhirnya takut mengadakan acara seni, padahal ini bagian dari ekspresi anak-anak. Ada sekolah yang ingin tampilkan tari topeng, tapi dilarang pakai kostum lengkap, hanya boleh pakai topeng dan baju bebas. Ini justru merusak makna kesenian itu sendiri,” ungkap Kang Godi.
Sebagai bentuk kepedulian, Studio Titikdua membuka ruang alternatif bagi anak-anak untuk tetap bisa mengekspresikan kreativitas mereka. Ia mengusulkan agar kegiatan seperti dijadikan agenda bulanan, dengan pemanfaatan ruang publik seperti panggung Jambansari yang dapat digunakan tak hanya oleh Studio Titikdua, tapi juga komunitas seni lainnya.
“Ini sebenarnya keinginan orang tua dan anak-anak. Kami hanya menjembatani. Kami berharap pemerintah provinsi dan Dinas Pendidikan bisa membuat surat edaran yang lebih jelas: mana yang diperbolehkan, mana yang tidak. Jangan sampai anak-anak kehilangan panggung berekspresi karena ketidakjelasan aturan,” tegasnya.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa seni bukan sekadar hiburan, tapi sarana penting dalam pembentukan karakter dan jati diri generasi muda.