CIAMIS, (GNC);- Benua seukuran Amerika Serikat (AS) diyakini terpecah dari Australia Barat dan menghilang sekitar ratusan juta tahun lalu. Sejak lama para ilmuwan bertanya-tanya lokasi lenyapnya daratan seluas itu.
Benua hilang yang disebut Argoland itu ternyata telah ditemukan. Para ahli geologi dari Utrecht University, Belanda melaporkan telah menemukan jejak-jejak benua itu di Indonesia, dan sebagian di Myanmar.
Hilangnya Argoland
Dilansir Live Science, Selasa (4/2/2025) Argoland terbelah dari Australia bagian barat sekitar 155 juta tahun lalu. Terpisahnya sebuah benua dari Australia pada ratusan tahun lalu diketahui ilmuwan berkat ‘kekosongan’ yang ditinggalkannya yaitu cekungan di bawah laut yang disebut sebagai Dataran Abyssal Argo.
Para ilmuwan kebingungan ke mana perginya Argoland. Saat melihat struktur dasar laut, benua itu diyakini bergerak ke arah utara selama periode Jurassic Akhir hingga berada di kawasan yang saat ini dikenal Asia Tenggara. Ahli juga yakin Argoland tidak tenggelam seperti yang terjadi pada benua ‘tersembunyi’ Zealandia.
Tidak seperti India yang memisahkan diri dari superbenua kuno Gondwana kisaran 120 juta tahun lalu dan masih membentuk daratan utuh hingga saat ini, Argoland terpecah menjadi beberapa bagian sebelum menyebar ke kawasan Asia Tenggara.
Terpecahnya benua ini menjadi potongan-potongan dikarenakan gaya tektonik yang merenggangkan daratannya dan mendorongnya menjauh dari Australia. Seiring waktu, beberapa bagiannya ditelan oleh zona subduksi Palung Sunda, sementara lainnya menjadi bagian dasar laut atau wilayah lain di Asia Tenggara.
Penemuan Kembali Argoland
Setelah tujuh tahun meneliti, para ahli geologi di Utrecht University, Belanda mengumumkan penemuan Argoland melalui studi yang dipublikasikan dalam jurnal Gondwana Research. Pecahan benua itu tersembunyi di bawah hutan hijau wilayah timur Indonesia, dan sebagian di Myanmar.
Awalnya para peneliti Utrecht University, Eldert Advokaat dan rekannya Douwe van Hinsbergen, menemukan fragmen tanah purba yang tersebar di sekitar Indonesia dan Myanmar. Ketika coba merekonstruksi Argoland dari fragmen-fragmen ini, mereka menemukan ketidakcocokan.
Keduanya kemudian mengumpulkan bukti kembali di Asia Tenggara untuk menelusuri lagi perjalanan Argoland ke utara. Di antara serpihan tanah purba yang tersebar, mereka menemukan sisa-sisa samudra kecil yang berasal dari sekitar 200 juta tahun lalu. Samudra ini kemungkinan terbentuk saat gaya tektonik memecahkan daratan sepanjang 5.000 km itu menjadi beberapa bagian, bagai ‘kepulauan’, sebelum menjauh dari Australia.
“Situasi di Asia Tenggara sangat berbeda dari tempat-tempat seperti Afrika dan Amerika Selatan, di mana sebuah benua terpecah rapi menjadi dua bagian. Argoland terpecah menjadi banyak pecahan yang berbeda. Itu menghalangi pandangan kami tentang perjalanan benua itu,” ujar Eldert.
Berdasarkan temuan ini, mereka menyimpulkan bahwa Argoland tidak benar-benar menghilang. Benua itu hanya menjadi kumpulan yang sangat luas dan terfragmentasi di bawah hutan dan pulau-pulau di sebelah timur Indonesia dan di Myanmar.
Karena Argoland merupakan serangkaian pecahan benua yang dipisahkan oleh dasar samudra, Eldert dan Douwe membuat istilah baru untuk mendefinisikan Argoland secara lebih tepat, yaitu Argopelago. (Red)**
Sumber: inet.detik.com