CIAMIS, (GNC); – Toxic masculinity adalah suatu tekanan budaya bagi kaum pria untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu. Tekanan ini cenderung merupakan tuntutan buatan tanpa konsekuensi nyata. Sikap toxic masculinity dapat Anda kenali melalui beberapa ciri berikut:
• Tidak menunjukkan emosi sedih dan mengeluh
• Menganggap bahwa pria hanya boleh mengekspresikan keberanian dan amarah
• Tidak membutuhkan kehangatan atau kenyamanan
• Tidak perlu menerima bantuan dan tidak boleh bergantung pada siapa pun
• Harus memiliki kekuasaan dan status sosial yang tinggi agar bisa dihormati oleh orang lain
• Berperilaku kasar dan agresif, serta mendominasi orang lain, khususnya wanita
• Tendensi untuk bersikap misoginis (membenci dan menganggap remeh wanita)
• Cenderung melakukan aktivitas seksual dengan kasar hingga pelecehan seksual
• Menganggap ‘keren’ kebiasaan yang tidak sehat, seperti merokok, minum minuman beralkohol, bahkan mengonsumsi obat-obatan terlarang
• Heteroseksisme dan homofobia
Banyak masyarakat patriarkis yang mengangkat tinggi perilaku ini karena menganggap toxic masculinity akan mendatangkan kekuasaan pada pria dengan menindas orang lain.
PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL PRIA
> Memahami Emosi
Menjaga kesehatan mental bisa dilakukan dengan memahami emosi Anda sendiri. Cobalah mengenali diri sendiri, apa yang menyebabkan Anda marah dan apa yang perlu Anda lakukan dalam keadaan sedih.
> Hadapi dan Jangan Takut
Banyak perilaku toxic masculinity berasal dari trauma masa lalu. Anda bisa menangani hal ini dengan berkonsultasi pada psikiater (ahli kejiwaan) ataupun mulai dengan berkomunikasi terbuka dengan orang-orang terdekat Anda.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele, 11 Rekomendasi Cemilan untuk Maag
Perlu diketahui bahwa menangis dan berkeluh kesah adalah berlaku bagi tiap gender untuk meluapkan emosi dan tekanan dalam diri. Jika tekanan itu tetap tersimpan tanpa dapat diekspresikan dengan tepat, penderitanya tidak jarang akan mengalami gangguan mental.
Toxic masculinity juga berperan besar dalam menciptakan kasus bunuh diri semakin besar. Hal tersebut terjadi jika Anda sendiri terlalu memikirkannya, kondisi itu diperburuk dengan orang sekitar yang juga ikut mendukung.
Dengan demikian, penting untuk Anda mengembangkan kesehatan mental bagi diri Anda sendiri untuk memiliki pola pikir dan mentalitas yang sehat. (Arin)**