CIAMIS, RAGAM, (GNC);- Harga beras nasional perlahan merangkak naik, jadi lebih mahal dari biasanya.
Misal untuk beras kualitas bawah, harganya per hari Rabu (16/8/2023) naik Rp 100 menjadi Rp 12.550 per kilogram.
Sementara beras kualitas super, per Rabu, juga naik menjadi Rp 14.950 per kilogram, dikutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategi Nasional (PIHPS).
Apa faktor yang menyebabkan harga beras jadi lebih mahal pada minggu kedua Agustus 2023 ini?
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan dua penyebab alias biang kerok yang membuat harga beras mahal.
Pertama adalah karena adanya persaingan dari pembeli pengusaha dan karena produksi beras yang berkurang.
“Mahal itu karena sekarang persaingan dari pembeli pengusaha,” kata Budi Waseso (Buwas) saat ditemui di Senayan Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Kedua, memang produksi beras sedang kurang atau turun 5 persen sehingga ada persaingan.
Dua penyebab kenaikan harga beras ini, lanjut Buwas, membuat pihaknya tidak begitu masif untuk menyalurkan pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Buwas menjelaskan, operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog pada saat ini tidak seperti yang lalu sebab Bulog belajar dari pengalaman.
Sebelumnya, saat Bulog melakukan operasi pasar, beras yang diturunkan dalam bentuk curah rawan disimpangkan.
“Maka sekarang Bulog operasi pasarnya dalam bentuk kemasan 5 kilogram dan itu di ritel modern yang ada di seluruh Indonesia dan di pasar-pasar, tapi bentuknya sudah kemasan supaya tidak disimpangkan,” kata Buwas.
Kekeringan El Nino
Hadirnya El Nino mengakibatkan kekeringan global yang bisa mengancam ketahanan pangan.
Sebab, produksi beras pun bisa terganggu yang menyebabkan harga pun akan naik.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebelumnya mengatakan bahwa berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, kekeringan lahan pertanian akibat fenomena El Nino ekstrem tahun ini bisa mencapai 560.000-570.000 hektar.
Padahal, ketika El Nino lemah hanya sekitar 200.000 hektar.
El Nino berpotensi meningkatkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen dan serangan hama penyakit tanaman.
Produktivitas hasil pertanian, termasuk produksi beras nasional, diperkirakan turun 15-20 persen.
Agar beras tetap tersedia pada saat El Nino menguat dan produksi beras turun, Pemerintah impor 2 juta ton beras untuk mencukupi cadangan beras nasional.
Topan Doksuri
Indeks Harga Semua Beras dari Organisasi Pangan dan Pertanian mengatakan, harga beras global telah melonjak ke level tertinggi dalam 12 tahun terakhir.
Untuk tahun ini, harga beras diperkirakan naik, salah satunya akibat banjir di China China sendiri merupakan produsen beras terbesar di dunia.
baca juga: Pendaftaran CPNS 2023 Resmi Diundur, Simak Jadwal Terbaru!
Negara ini dilaporkan berkutat dengan hujan lebat dan banjir yang diperkirakan akan mengurangi hasil panen.
“Kemungkinan akan memberikan tekanan pada harga beras global yang sudah tinggi,” tulis Fitch Rating dalam sebuah laporan, dikutip dari CNBC, Senin (14/7/2023).
Di China, ada 3 provinsi yang menyumbang 23 persen produksi beras negara tersebut yakni Mongolia Dalam, Jilin dan Heilongjiang.
Penyebab hujan lebat dan banjir dahsyat di China yakni Topan Doksuri, yang disebit badai terburuk yang melanda China utara dalam beberapa tahun ini.
“Ini akan mengangkat harga biji-bijian domestik China dan kemungkinan mendorong impor yang lebih tinggi di semester II-2023 untuk sebagian mengimbangi potensi kehilangan hasil,” imbuh Fitch Ratings.
Imbas hujan dan banjir ini, tanaman jagung dan kedelai yang ditanam di tiga provinsi penghasil beras juga terimbas.
Sehingga, China diperkirakan akan mengimpor lebih banyak biji-bijian, termasuk beras, pada tahun ini dibanding tahun lalu.
Kebijakan India dan Thailand Ketersediaan beras di dunia juga diprediksi bakal susut dan bakal menaikkan harganya akibat larangan ekspor beras putih non-basmati oleh India. Kebijakan ini dimulai sejak Juli 2023.
Selain itu, kebijakan Thailand menanam sedikit padi juga akan memengaruhi produksi beras dunia.
Kebijakan Thailand yakni mendesak petani untuk menanam lebih sedikit padi dalam upaya menghemat air akibat curah hujan yang rendah akibat kekeringan El Nino. (Galih)***