CIAMIS, RAGAM, (GNC); – Minat membaca tentang dongeng atau cerita fiktif tradisional asal Indonesia nampaknya semakin berkurang. Anak-anak dan generasi muda pada umumnya lebih menyukai dongeng khas ‘Disney‘ seperti Cinderella, Frozen, Ariel the Mermaid dan sebagainya. Padahal Indonesia juga kaya dengan cerita dongeng yang tak kalah menarik dan dapat menambah wawasan kebudayaan, memberikan pesan moral serta nilai-nilai kehidupan.
Cerita dongeng antara wilayah satu dengan yang lain pun terkadang terkesan mirip dan hanya disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Dongeng dapat tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah contohnya bahasa Sunda.
Berikut 4 Rekomendasi Dongeng Sunda yang bisa Anda ceritakan saat bersama anak atau sebelum tidur:
Dongeng Sasatoan Lutung Kasarung
Dikisahkan di wilayah Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan dengan seorang raja bernama Prabu Tapa Agung, Sang raja memiliki dua putri bernama Purbararang dan Purbasari. Meski keduanya bersaudara dan mempunyai wajah cantik, namun sifat mereka sangat berbeda. Purbararang memiliki sifat sombong, serakah dan juga pemalas. Sementara itu Purbasari dikenal sebagai putri yang ramah, rendah hati, dan juga rajin.
Pada suatu pagi, tiba-tiba tubuh Purbasari muncul penyakit kulit dan bernanah. Namun, Purbararang malah menghasut sang ayah untuk mengasingkannya ke hutan.
Ketika tinggal di hutan, Purbasari ditolong oleh seekor lutung, yang bernama lutung kasarung. Suatu hari, Lutung mengajak Purbasari untuk pergi ke sebuah telaga yang airnya harum dan bening. Purbasari lalu membasuh diirnya dengan air telaga. Ajaibnya, penyakit di kulit Purbasari langsung hilang! Kini kulitnya kembali bersih tak berbintik, bau busuknya pun hilang. Purbasari kemudian kembali ke istana dan menikah dengan lutung kasarung.
Lutung kasarung sendiri ternyata bukan seekor hewan, namun seorang pangeran yang dikutuk menjadi seekor lutung.
Pesan moral: Pesan moral dari cerita sunda di atas ialah bahwa jadilah seseorang yang selalu rendah hati. karena rasa iri hanya akan membawa pada kesengsaraan. Bunda dapat menanamkan kepada Si Kecil bahwa rasa iri hanya akan merugikan diri sendiri dan membawa kesengsaraan. Selain itu kebaikan hati tidak akan pernah kalah melawan kejahatan sampai kapan pun.
Baca juga: 10 Destinasi Wisata Rahasia di Indonesia
Kisah Asal Usul Situ Bagendit
Di sebuah desa di wilayah kota Garut, tinggalah seorang wanita bernama Nyi Endit. Nyi Endit merupakan janda yang sangat kaya. Ia juga disegani oleh masyarakat di desanya. Berkat kekayaannya, Nyi Endit dapat melakukan apa saja sesuai keinginannya.
Ketika musim paceklik datang, warga desa banyak yang mengalami kelaparan karena hasil panen mereka gagal akibat kekeringan. Sebaliknya, Nyi Endit dan keluarganya malah asik melakukan pesta, tanpa memperdulikan bagaimana keadaan warga di desanya.
Tiba-tiba datanglah seorang pengemis, Nyi endit pun mengusirnya. Namun sebelum pergi, sang pengemis tersebut mengambil sebatang ranting pohon dan menancapkannya ke dalam tanah. “Jika kau berhasil mencabut ranting pohon ini, maka kau termasuk ke dalam orang-orang yang mulia di dunia ini. Namun jika kau tidak berhasil, kau dapat meminta bantuan kepada pengawalmu.” seru si pengemis.
Nyi Endit berusaha mencabut ranting pohon tersebut, namun tak berhasil begitupun dengan para pengawalnya. Tanpa diduga, setelah itu si pengemis berhasil mencabut ranting pohon tersebut dengan mudah. Sekejap dari tanah yang ditancapkan ranting tersebut menyemburlah air yang begitu banyak.
Air yang terus-terusan menyebur itu kemudian membuat satu desa menjadi terendam. Hingga akhirnya membentuk sebuah danau yang bernama Situ Bagendit. Situ artinya danau, sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyi Endit.
Pesan moral: Cerita mengenai Situ Bagendit tersebut memiliki pesan moral bahwa janganlah menjadi seseorang yang sombong dan serakah. Semua hal di dunia ini sejatinya hanyalah titipan Tuhan. Maka dari itu, jadilah seseorang yang rendah hati dan suka menolong.
Baca juga: Yogyakarta : Warisan Budaya Indonesia
Dongeng Entog Emas
Diceritakan ada seorang petani yang sangat melarat sekali bermukim di satu gubuk yang sudah mau roboh, mang Julin namanya. Hidup sehari-hari hanya ditemani oleh seekor bebek, satu-satunya. Mang Julin sangat menyayangi sekali dengan seekor bebek itu, maklum dia tidak punya sanak saudara, bahkan istri.
Suatu hari ketika pulang dari sawah saat lembayung tiba, Mang Julin sangat merasa lapar sekali. Dia menghadap pada Tuhan, “Duh, Gusti… Kalau memberikan saya kaya, mungkin makan apa saja bisa.. “. Mang Julin makan hanya dengan garam.
Setelah kenyang pun dia terus memasukan bebek di sudut rumah. Pagi-pagi Mang Julin terbangunkan oleh kilauan yang berada dari sudut rumah. Penasaran, dia pun menuju kilauan cahaya itu dan mendatanginya. Dia tidak menduga bahwa cahaya yang sangat terang sekali itu dari kandang bebek, ternyata bebeknya bertelur, telurnya telur emas. Mang Julin kegirangan, menadah telur itu.
Demikian tiap hari, seekor bebek itu bertelur emas satu. Yang pasti Mang Julin menjadi berharta. Dia sudah punya sawah sendiri, rumah gedong, kolam ikan, ternak bebek, bersama harta lainnya yang banyak. Bebek itu sungguh membawa rejeki untuk Mang Julin.
Satu hari, Mang Julin merasa lelah kalau harus setiap hari mendatangi kandang bebek dan membawa telur emas satu persatu. Mang Julin menyediakan golok untuk memotong bebek supaya emasnya semua keluar, jadi dia tidak harus mengambili tiap hari ke kandang bebek. Setelah dipotong bebeknya, tidak terlihat emas-emasnya. Justru bebek itu mati. Mang Julin tidak bisa mengatur hartanya, dia menjadi miskin kembali karena setiap hari hartanya habis dipakai kebutuhan sehari-harinya.
Pesan moral: Cerita ini memberikan pesan moral bahwa tidak boleh menjadi orang yang tamak dan harus selalu bersyukur dengan rezeki apapun yang dimiliki.
Baca juga: Perubahan Iklim 2023: Fakta, Dampak, dan Tanggapan Dunia
Dongeng Fabel Sunda Gagak Hayang Kapuji
Kisah bermula ketika seekor burung gagak mencuri dendeng dari tempat penjemuran. Gagak lalu terbang sembari memakan dendeng ke pohon dadap di samping desa. Pada waktu yang bersamaan, seekor anjing melihat gagak yang sedang memakan dendeng. Karena dendeng merupakan makanan kesukaannya, maka anjing tersebut mendatangi si gagak. Namun setelah sampai di atas pohon, si gagak tidak melirik sama sekali ke arah si anjing.
Kemudian anjing mencoba memuji gagak dengan berkata gagak adalah burung yang indah, tidak kalah dengan burung cendrawasih. Karena gembira dengan pujian yang diberikan si anjing, gagak kemudian berpikir membagi dua dendeng yang dimilikinya.
Setelah mendengar pujian dari anjing yang begitu enaknya, si gagak lupa sedang memakan dendeng. Sehingga ketika ia berbunyi “Gaak gaaak”, pematuknya menganga dan kemudian dendeng itu jatuh.
Anjing yang sudah bersiap di bawah cepat-cepat mengambil dendeng itu dan lalu memakannya di tempat yang kotor. Ia baru mengerti bahwa anjing memujinya habis-habisan dikarenakan ingin memakan dendeng miliknya.
Pesan moral: Cerita gagak yang ingin dipuji tersebut memberikan banyak pesan moral yang dapat Bunda ajarkan kepada Si Kecil. Bahwa ketika memiliki makanan berlebih, maka alangkah baiknya untuk berbagi ke sesama. Dan janganlah kita menjadi orang yang besar kepala saat dipuji sedikit oleh orang lain, jadilah seseorang yang selalu bersikap rendah hati. (Dewi)***
Referensi: