CIAMIS, HEALTH, (GNC);- BALITA berinisial N (3) di Samarinda, Kalimantan Timur, menjadi hiperaktif, tidak mau makan dan minum hingga tidak tidur selama dua hari dua malam, setelah mengonsumsi air putih yang diberi oleh tetangganya, ST (62). Sang ibu kemudian membawa balita N ke rumah sakit dan dinyatakan positif narkoba pada Selasa (6/6/2023).
Setelah dilakukan pemeriksaan, air putih yang diberikan melalui botol air mineral tersebut sebelumnya telah digunakan oleh tetangganya sebagai alat untuk mengonsumsi narkoba jenis sabu.
Lalu seperti apa efek dan bahaya narkoba pada anak?
Munurut Dokter Spesialis Anak dr. Kurniawan Satria Denta M.Sc., Sp.A, pada akun twitternya mengatakan dampak buruk penggunaan narkoba jenis sabu pada anak tidak berbeda jauh dengan yang dialami oleh orang dewasa.
Diantaranya adalah perubahan struktur dan fungsi otak, kehilangan berat badan ekstreem, timbul penyakit gigi dan mulut, kelelahan kronis serta paranoid. Namun tingkat kesakitan pada anak cenderung lebih cepat dibanding orang dewasa.
”Dampak buruk sabu pada balita sebenernya ya mirip aja dengan orang dewasa. Cuman pada balita, karena tubuhnya masih kecil dan kemampuan untuk metabolisme racun masih belum sebaik orang dewasa, maka dampak buruknya bisa lebih cepat atau lebih buruk dialami oleh anak. “ Cuitnya.
baca juga: 10 Makanan Yang Dapat Meningkatkan Kecerdasan Otak
Dokter Denta pun menghimbau kepada para orang tua untuk tetap mengawasi anak agar tidak beraktivitas sendiri, serta memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak harus aman dan tidak membahayakan.
Dilansir dari Kompas.com, Deputi Rehabilitas Badan Narkotika Nasional (BNN) Diah Setia Utami mengatakan, bila dilihat dari gejala balita N yang menjadi hiperaktif dan tidak tidur, dia menduga narkoba yang dikonsumsi adalah golongan stimulansia, seperti metamfetamin, kokain atau zat stimulan lainnya. Metamfetamina yang disingkat met juga dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, yaitu obat psikostimulansia dan simpatomimetik.
“Terkait dampak dari metamfetamina bisa beragam, mulai dari peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, dan peningkatan suhu tubuh,” ujarnya.
Diah mengatakan, efek sabu tersebut akan berkurang setelah 2-3 hari tergantung dari jumlah dosis yang diminum.
“Hanya memang harus diobservasi untuk melihat adanya peningkatan denyut jantung atau tekanan darah meningkat. Karena bisa fatal bila kerja jantung meningkat,” ungkapnya.
Kini sang balita pun tengah dirawat untuk proses rehabilitasi dan dibawah pengawasan, perlindungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). (Dewi)***