Dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) IV Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), yang terselenggara di Bogor, Rabu (20/9), Herry Dermawan kembali terpilih menjadi Ketua Umum GOPAN masa bakti periode 2020 – 2025. Dirinya terpilih secara aklamasi dan dipercaya penuh oleh para anggota untuk meneruskan perjuangan organisasi dalam memperkuat daya tawar, sehingga bisa memengaruhi kebijakan pemerintah agar berpihak kepada peternak.
Sementara itu, dalam acara Sarasehan Perunggasan Nasional, Ketua Umum terpilih, Herry Dermawan, menjelaskan bahwa organisasi ini harus terus berbenah dan segera berubah, mengingat tantangan perunggasan yang sangat luar biasa. GOPAN didirikan dari berbagai organisasi perunggasan daerah, dan semakin kesini anggotanya semakin berkurang.
“Oleh karena itu, dalam MUNAS IV kemarin organisasi juga melakukan berbagai perubahan. Salah satunya terdapat perubahan dalam AD-ART organisasi. Di mana yang dahulu anggota GOPAN merupakan organisasi peternak ayam, namun saat ini diubah lebih luas menjadi perkumpulan dari berbagai organisasi peternak ayam, kelompok peternak, koperasi, badan usaha dan peternak ayam. Hal ini sebagai wujud komitmen GOPAN untuk dapat merangkul lebih luas lagi stakeholder perunggasan, dan tidak ada lagi saudara kita yang kepentingannya tidak terakomodir.” ujarnya di Bogor, Kamis (21/9).
Selain itu, merujuk pada SK Kemenkumham, nama organisasi yang semula Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional diubah menjadi Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional, dan telah ditetapkan dalam Ad Art pada MUNAS IV ini.
Baca juga Upacara Peringatan Hari Pahlawan
Dirinya melanjutkan bahwa harapannya kepengurusan GOPAN bisa sampai ke daerah-daerah dan peternak yang tidak terakomodir oleh organisasi apa pun bisa bergabung dengan GOPAN. Selain itu GOPAN melibatkan 70% peternak muda dalam kepengurusan organisasi. Hal ini sebagai wujud kaderisasi penerus pengurus organisasi pada masa mendatang. Di lain sisi, Herry menegaskan akan terus mengupayakan yang terbaik bagi anggota GOPAN untuk mendapatkan keuntungan yang sewajarnya, kendati kondisi saat ini kurang kondusif.
“Kami tidak ingin harga ayam tinggi, namun setidaknya masih ada untuk bagi peternak, dan tidak terus merugi. GOPAN berharap, pemerintah dapat melindungi dan mengurus peternak seperti kami, yang proporsinya nasionalnya hanya tinggal 15 %,” harapnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal GOPAN, Sugeng Wahyudi mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman peternak, perusahaan dan seluruh stakeholder perunggasan yang turut menyukseskan acara ini. Dirinya berharap, acara ini dapat bermanfaat dan berdampak pada kondisi perunggasan kedepannya.
“Kita tahu bersama, kondisi perunggasan beberapa tahun terakhir sedang tidak baik-baik saja. Namun dalam acara pagi ini hal tersebut tidak terlihat dari wajah para peternak. Semoga hal ini merupakan sebuah hal yang positif dan memberikan semangat bagi kita semua. Selain itu, pada pagi hari ini kita mengangkat tema Bangkit Bersama, Bangkit Lebih Kuat. Di mana harapannya peternak bisa lebih kompak dan kembali bangkit dalam usaha sebagai wujud pengabdian diri untuk negeri sebagai sektor penyumbang protein hewani terbesar di Indonesia,” tegasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Dewan Penasehat GOPAN, Prof Muladno mengingatkan bahwa GOPAN harus bisa menjadi teladan bagi para peternak. Juga harus bisa mempelopori perubahan besar yang sifatnya fundamental untuk kebaikan perunggasan.
“GOPAN harus bisa memetakan keanggotaannya sekaligus berbenah dan memperkuat soliditas di internal melalui konsolidasi agar bisa menjadi organisasi yang profesional,” pintanya sesaat sebelum berlangsungnya MUNAS IV GOPAN, Rabu (21/9).
Masih dalam kesempatan yang sama, Dewan Pembina GOPAN, Tri Hardiyanto menyampaikan bahwa GOPAN harus melakukan advokasi dalam pemerataan GPS (Grand Parent Stock) terutama bagi breeding farm yang memasok peternak mandiri dan juga memberi kesempatan peternak mandiri untuk “mandiri bibit” melalui model “Mini GPS Farm”. Advokasi juga harus dilakukan dalam penguasaan live bird (ayam hidup) melalui mini RPA (Rumah Potong Ayam) dan further process dengan kearifan lokal.
“Penguatan peternak mandiri melalui kajian atau advokasi skema model integrasi horizontal atau sentra peternakan rakyat (SPR) atau inclusive closed loop yang terlembaga melalui koperasi (bagi kelompok peternak kecil) atau PT (bagi kelompok peternak menengah/besar),” sarannya.
Sumber (disini)