Mahalnya cabe rawit berimbas bagi banyak penjual kecil selain seblak , ayam geprek, goreng ayam . Pasalnya cabe rawit merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat sambelnya.
Salah satu pedagang seblak di jalan Bojonghuni, Ciamis Ika (35) mengaku kesulitan dengan kenaikan harga cabai. Pasalnya ia harus menambah modal pengeluaran. Sementara harga per porsi seblaknya tetap sama.
“Karena butuh jadi meskipun mahal juga jadi harus beli, kemarin sekilo dipasar Ciamis tembus Rp120 ribu cabe cengek domba. Harga (seblak) tetap , kalo dinaikin apalagi sekarang lagi pandemi nanti susah, paling hanya menaikan Rp.1000 rupiah per level pedas.” ungkapnya.
Tingginya harga cabai ini berimbas pada pendapatan Ika, ia mengaku pandemi saat ini semakin sulit. Sedikitnya ia membutuhkan 1 kilo cabai rawit per hari, karena mahal jadi 1/2 Kg per hari, untuk kebutuhan penjualan seblak.
Hal senada dikeluhkan oleh ibu yayat warga Sukamaju Baregbeg harga cabe rawit yang saat ini mahal membuatnya mengurangi konsumsi cabe rawit, padahal dirinya setiap hari membutuhkan cabe rawit untuk memasak.
Baca juga Harga Cabai Rawit di Ciamis tembus Rp120 Ribu, Pedagang ayam geprek menaikan harga Jual
“Dengan harga yang sangat mahal saya jadi mengurangi konsumsi cabe rawit, padahal setiap hari saya memasak selalu ada cabe rawitnya, karena keluarga saya suka pedas, dengan kondisi harga cabe rawit mahal ya saya kurangi dulu nunggu harga normal lagi,” paparnya.
Sementara Ibu Wati pedagang sayuran di Pasar Ciamis, mengatakan, kenaikan harga dipicu kurangnya stok akibat masalah panen sehubungan dengan kondisi faktor cuaca. ” Jadi harganya Dari sananya (distributor) sudah naik,” ungkapnya.
M-sure