Oleh E. Nugraha/Galuhnews
SEPAK BOLA tak pernah kering dari perbincangan dan tak pernah surut dari perhatian,bahkan sepak bola seakan menjadi “magnet” besar bagi seluruh masyarakat diberbagai pelosok negeri.
Di Brazil contohnya sepak bola seakan telah menjadi “agama” kedua bagi masyarakatnya,di daratan erofa sepak bola telah menjadi sebuah industri,industri sepak bola yang tak kalah menjanjikan dengan industri lainya.
Berbicara kemajuan sepak bola diranah ibu pertiwi,khususnya di Kabupaten Ciamis,terbilang maju pesat dimana hal itu dibuktikan tim kesebelasan Persatuan Sepak Bola Galuh Ciamis (PSGC) yang mampu bertengger di divisi I nasional padahal sebelumnya PSGC sendiri hampir terdegadrasi di divisi III Nasional.
Tentunya hal ini tidak terlepas dari manajemen sepak bola yang kredibel dan profesional,artinya,hal itu berbicara mengarah trend yang berlaku saat ini dimana telah mendefinisikan manajemen sepak bola tidak lagi sebatas tentang penghindaran pengelolaan sepak bola secara apa adanya.
Bertengger di divisi I nasional yang di buktikan PSGC tentunya bukan merupakan sebuah hal yang gampang segampang membalikan telapak tangan namun tentunya harus terlebih dahulu melalui jalan panjang yang penuh kerikil,dan hadangan berbagai permasalahan.
Kiranya tak ada salahnya mari kita rehat sejenak dari rutinitas yang telah mengikis banyak sekali energi jiwa kita,marilah kita membuka lembar-lembar sejarah terpuruknya PSGC didivisi III nasional yang hampir terdegadrasi hingga mampu bangkit dan bercokol di divisi I Nasional.
Berawal dari “coretan hitam” sejarah PSGC di tahun 2004 hingga 2006 yang mana pada saat itu berada di divisi III nasional,PSGC vacum dari berbagai aktivitasnya bahkan terancam terdegradasi oleh Pengda PSSI Jabar.Tentunya kevacuman itu sendiri diakibatkan berbagai faktor hal yang menghadang salah satunya kurang profesionalismenya manajemen.
Berpijak dari ancaman terdegradasinya PSGC di divisi III nasional yang nota bene akan mencoreng nama kab.Ciamis,di tahunan 2007 muncul hasrat tokoh pencinta sepak bola dengan manajemen baru utuk menyelematkan PSGC dari ancaman jurang degradasi.
Pelan namun pasti,mungkin itulah salah satu langkah manajemen baru PSGC,disaat seperti kata pepatah “ibarat telur di ujung tanduk” dimana ditengah “kegaluanya” dengan segudang permasalahan di tubuh manajeman PSGC lama,jajaran kepengurusan manajemen baru mendorong bangkit dengan mengikut sertakan PSGC pada kompetisi di divisi III nasional.
Meski harus berjalan dengan “merangkak” dikompetisi III nasional pada tahun 2008 PSGC akhirnya mampu bangun unjuk gigi hingga lolos ke divisi II nasional yang digelar di Nganjuk Jawa Timur.
Tak berjalan mulus memang perjalanan di divisi II nasional ini,dimana PSGC harus berkompetisi dengan tim-tim kesebelasan jawa tengah dan jawa timur yang merupakan tim kesebelasan yang mumpuni hingga PSGC berada dalam grup “neraka” saat itu.
Namun demikian “perang bubat” dengan tim kesebelasan dari jawa tengah dan jatim itu laskar Galuh mampu menujukan kedigjayaanya hingga lolos dan bercokol di Divisi I nasional. * (Bersambung)