Jakarta – Renovasi Kompleks Gelora Bung Karno (SUGBK) jangan hanya dilihat sebagai pembangunan fisik belaka. Tapi. juga mampu menginspirasi peningkatan prestasi olahraga Indonesia.
Kompleks Olahraga Senayan yang kemudian diberi nama Gelanggang Olahraga Bung Karno (GBK) diresmikan sebelum Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games keempat pada 1962. Waktu itu, pembangunan kompleks GBK menuai komtroversi karena dinilai tak menyadari kemampuan sendiri, sampai defisit anggaran negara.
Dari sisi prestasi, Indonesia juga tak dijagokan untuk mampu meraih sukses. Sebab, kontingen Indonesia hanya mampu meraih medali perunggu pada tiga gelaran sebelumnya.
Namun, atlet-atlet Indonesia menjawab tantangan Soekarno agar GBK menjadi salah satu tanda pembangunan karakter bangsa. Indonesia finis di peringkat kedua, cuma kalah dari Jepang, dengan mengoleksi 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu.
Setelah lebih dari 50 tahun, venue-venue di Kompleks GBK direnovasi secara besar-besaran. Itu seiring terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games, kali ini untuk yang ke-18.
Direktur Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK), Winarto, optimistis renovasi SUGBK berjalan sesuai rencana. Bahkan, PPK GBK membuka potensi untuk menggelar laga Persija Jakarta dengan Persib Bandung pada 3 November di Stadion Utama GBK.
“Saat ini renovasi sudah berjalan 88 persen, secara keseluruhan ya. Sebagian sudah selesai, sebagian lain sedang dalam proses. Stadion Utama GBK ini adalah legacy (warisan) dari 1962. Jangan sampai legacy ini hilang begitu saja. Asian Games menjadi kesempatan bagi kita untuk membenahi GBK. Memang sudah terlambat, makanya saat inilah waktunya untuk merenovasi,” kata Winarto.
Jika renovasi Kompleks GBK bisa memperlihatkan kemajuan, persiapan dari sisi prestasi justru belum menunjukkan apa-apa. Saat ini, sebagian besar cabang olahraga masih menunggu program Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) untuk menghadapi Asian Games 2018.
Prestasi olahraga Indonesia tengah disorot setelah melesetnya hasil di SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Dengan menggondol 38 medali emas, Indonesia membuat rekor sebagai hasil terburuk sejak pertama kali ikut serta SEA Games pada 1977.
Masa penantian itu tak benar-benar mulus, tapi justru muncul riak dengan insiden pemangkasan nomor-nomor pertandingan pada beberapa cabang olahraga. Di antaranya, panjat tebing, taekwondo, dan panahan.
Pengurus cabang olahraga menilai INASGOC gagal memperjuangkan cabang olahraga dan nomor potensi Indonesia. INASGOC merespons dengan bersikukuh telah berupaya memfasilitasi proses negosiasi dan menyatakan kesepakatan cabang olahraga dan nomor sudah diketahui Kemenpora dan Satlak Prima.
“Kami, PPK GBK, Menpora dan INASGOC, harus berjalan beriringan. Kami harus mendukung satu sama lain untuk kesuksesan Asian Games 2018 nanti,” dia.
Di Asian Games 2018, Indonesia mematok target 20 medali emas dengan berharap finis sepuluh besar. (fem/din) (detik.com)